Adawatul Istifham

Thursday, July 13, 2023

 Adawatul Istifham

Adawatul istifham adalah kata-kata yang digunakan untuk bertanya. Singkatnya perangkat kata tanya dalam padanan bahasa Indonesia.

Adawatul istifham ini terbagi menjadi Isim dan Huruf . Semuanya memiliki makna pertanyaan. Perbedaannya hanya pada unsur keisiman dan kehurufannya saja. Berikut 13 adawatul istifham

1.     الهمزة

2.     هَلْ

3.     مَنْ

4.     مَنْ ذَا

5.     مَا

6.     مَاذَا

7.     مَتَى

8.     أيَّانَ

9.     أَيْنَ

10. كَيْفَ

11. أنَّى

12. كَمْ

13. أَيُّ

Nomor satu dan dua (أ dan هل) adalah huruf istifham, sementara sisanya termasuk isim istifham. Masing-masing memiliki makna dan kekhususan tersendiri.

Isim Istifham

Pengertian isim Istifham adalah isim yang mubham(samar maknanya) digunakan untuk mencari tahu sesuatu. Singkatnya adalah kalimah isim untuk bertanya. Jumlah isim istifham adalah sebelas.

مَنْ، ومَنْ ذَا، ومَا، ومَاذَا، ومَتَى، وأيَّانَ، وأَيْنَ، وكَيْفَ، وأنَّى، وكَمْ، وأَيُّ

Man dan mandza (مَنْ, مَنْ ذَا) artinya siapa, untuk menanyakan terhadap orang yang berakal (syakhs al aqil). Man dan mandza ini bermakna siapa. contoh مَنْ ذا مُسافرٌ؟ artinya siapa yang pergi?

Terkadang makna yang dikandung istifham ini bersamaan dengan makna nafi ingkari (penyangkalan negasi) seperti contoh:

 

Siapa yang mampu melakukan ini. Kalimat tanya dalam contoh tersebut tidak butuh jawaban, melainkan hanya penyangkalan. Jadi arti dari contoh itu adalah: Tidak ada yang mampu melakukan ini. Makna yang sama juga terdapat dalam al Quran surah al Imran ayat 135:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ

Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Surat al Baqarah ayat 255, mandzalladzi yasyfa’u ini adalah pertanyaan tapi tidak membutuhkan jawab, artinya Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?

 

Maa dan Madza (مَا dan مَاذَا) artinya apa, dipergunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal, seperti hewan, tumbuhan, perbuatan. Juga untuk menanyakan hakikat atau sesuatu, baik berakal maupun tidak. Maa dam Madza artinya apa. Contoh istifham:

ماذا ركبتَ artinya Apa yang Kamu kendarai?

ما الأسدُ؟ artinya Apa (hakikat) singa?

Mandza من ذا  dan madza ماذا dalam tarkib (kalimat) bisa berlaku sebagai istifham keduanya atau man مَنْ dan ma مَا ditarkib sebagai istifham sedangkan dza ذَا ditarkib sebagai maushul atau isim isyaroh.

Man dan Ma selain sebagai istifham juga bisa berlaku menjadi maushul, syarat, atau nakirah maushufah. Penentuan status keduanya tergantung rangkaian kalimat sebelum dan sesuadahnya.

Mata متى artinya kapan, adalah untuk menanyakan waktu atau dzaraf. Baik zaman madhi atau mustaqbal. Contoh متى أتيتَ؟ kapan kamu datang? Contoh istifham mata dalam al Quran:

مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ

Mata nashrullah artinya “Bilakah datangnya pertolongan Allah? (Qs. al Baqarah ayat 214).

Hampir senada dengan mata yaitu ayyana, أيَّانَ artinya bilakah atau kapankah, ayyana ini untuk makna waktu. Dipergunakan hanya utnuk menanyakan masa yang akan datang atau mustaqbal. Kebanyakan penggunaanya besertaan faidah tafkhim atau tahwil (menakuti). Contoh dalam Alquran:

يَسْأَلُونَ أَيَّانَ يَوْمُ الدِّينِ

Yasaluna ayyana yaumuddin artinya: mereka bertanya: “Bilakah hari pembalasan itu? (سورة الذاريات ayat 12) ayat selanjutnya berisi jawabannya. Terkadang ayyana menggunakan makna syarath dan menjazamkan dua fiil.

Aina, أيْنَ artinya dimana, berlaku untuk menanyakan tempat keberadaan sesuatu. Contoh أينَ تتعلَمُ؟ dimana Kamu belajar?. Aina juga terkadang didahului huruf jer min maka menjadi pertanyaan tempat terjadi sesuatu menjadi min aina artinya dari mana. Selain itu aina juga bisa bermakna syarat yang menjazamkan dua fiil.

Kaifa, كَيْفَ artinya bagiamana, untuk keadaan, contoh كيفَ أنتَ؟ bagaimana keadaanmu/kondisimu? Selain sebagai istifham, kaifa juga bersamaan makna taajub, nafi ingkari, taubih. Contoh kaifa makna ta’ajub:

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ

Mengapa kamu kafir kepada Allah!, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu (Qs. Albaqarah ayat 28)

Kam كَمْ artinya berapa, ini untuk menanyakan adad/jumlah. Sementara ayyun أَيُّ artinya yang mana, digunakan untuk menentukan sesuatu. Contoh ayyun dalam Alquran:

وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا

Qs. Attaubah ayat 124 artinya: Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?”

Huruf Istifham

Huruf istifham adalah kalimah huruf yang digunakan untuk menanyakan sesuatu. Huruf isitfham ini termasuk bagian dari adawatul istifham. Jumlah huruf istifham ada dua, yaitu: hamzah dan hal.

Hamzah (أ) istifham artinya apa atau apakah, digunakan untuk istifham mufrad dan jumlah. Contoh huruf istifham hamzah: أخالدٌ شجاعٌ أم سعيدٌ؟ artinya Apakah Yang berani itu Khalid atau Said? dan اجتهدَ خليلٌ؟ artinya Apakah Khalil itu rajin?

Hamzah ini juga bisa masuk dalam kalam mutsbat (positif) seperti contoh di atas, Hamzah istifhamiyyah juga bisa bersamaan dengan kalam manfi (negatif), seperti contoh dalam Surat Alam Taro ayat ke1 dan 2: أَلَمْ تَرَ, Alam Taro artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan..? ini contoh hamzah dengan huruf Nafi sekaligus Amil jazm ‘Lam’

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ

Alam yaz’al kaidahum artinya: Bukankah Dia telah menjadikan tipu dayanya… Dalam al Qur’an, banyak ditemukan contoh huruf istifham jenis ini, biasanya berbunyi ‘Alam’.

Huruf istifham هَلْ, hal artinya apakah, huruf hal ini hanya untuk jumlah mutsbat. Maka tidak diperkenankan membuat istifham dengan hal pada kalam manfi. Contoh: هلْ قرأتَ النَّحوَ؟ apakah Kamu membaca Nahwu?

Ketika hal bersanding fiil mudhori maka menjadikan fiil tersebut khusus berzaman istiqbal. Hal ini tidak bisa berada pada jumlah syartiyah tapi bisa terdapat dalam jumlah jawab. Selain itu hal tidak bisa bersamaan inna إنَّ dan saudaranya karena faidah inna itu taukid sementara hal faidah istifham, antara taukid dan istifham itu berlawanan.

Sumber : https://nahwu.id/istifham/

0 comments:

Post a Comment

HURUF JAR

LPBA IMAM MALIK

LPBA IMAM MALIK

IMARAT

IMARAT

Adawatul Istifham

Adawatul Istifham