Abul Aswad Ad-Du'aliy (bahasa Arab: أَبُو ٱلْأَسْوَد ٱلدُّؤَلِيّ) merupakan penggagas ilmu nahwu dan pakar tata bahasa Arab dari Bani Kinanah dan dijuluki sebagai bapak bahasa Arab. Nama lengkapnya adalah Abu al-Aswad Ẓālim ibn ʿAmr ibn Sufyān ibn Jandal ibn Yamār ibn Hīls ibn Nufātha ibn al-ʿĀdi ibn al-Dīl ibn Bakr, lebih dikenal atau dengan julukannya Abu Al-Aswad Ad-Du’ali (atau Ad-Dili), orang yang diambil ilmunya dan yang memiliki keutamaan, dan Hakim (Qadhi) di Basyrah. Dia dilahirkan pada masa kenabian Muhammad ﷺ. Ia dianggap sebagai orang yang pertama kali mendefinisikan tata bahasa Arab. Dan yang pertama kali meletakkan titik pada huruf hijaiyah.[1] Dia meninggal karena wabah ganas yang terjadi pada tahun 69 H (670-an M).
Sebelum berkiprah dalam dunia Ilmu Nahwu, sahabat sekaligus murid Khalifah Ali bin Abi Thalib RA ini pernah berkiprah di dunia perpolitikan. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA, beliau pernah diangkat menjadi Hakim di Bashrah dan menjadi gubernur pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib di kota yang sama. Beliau juga pernah menjadi juru runding perdamaian pada saat perang Jamal, dan diutus oleh Abdullah bin Anas, sahabat Rasulullah SAW untuk memerangi kaum Khawarij.
Kiprah beliau dalam kodifikasi Ilmu Nahwu bermula dari kegelisahannya melihat terjadi banyaknya kesalahan dalam pembacaan ayat al-Qur’an. Kesalahan tersebut disebabkan karena belum ditemukannya rumus harakat, sehingga al-Qur’an pada saat itu belum memiliki harakat.
Suatu ketika, Abu al-Aswad mendengar seorang sedang membaca surat at-Taubah ayat ke 3 yang seharusnya berbunyi “Anna Allaha bari’un min al-musyrikiin wa rosuluhu” (Sesungguhnya Allah dan Rasulnya terlepas dari kaum musyrikin). NamPembacaan tersebut. Namun, orang tersebut membacanya dengan “Anna Allaha bari’un min al-musyrikiin wa rosulihi” yang berarti “Sesungguhnya Allah terlepas dari kaum musyrikin dan Rasulnya”. Pembacaan yang berubah sedikit pada harokatnya, ternyata merubah makna yang sangat dalam, dan hal itu tentu sangat berbahaya bagi kesucian al-Qur’an dan kelanggengan bahasa Arab.
Kegelisahan tersebut ternyata juga dirasakan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib, hingga akhirnya beliau meminta kepada Abu al-Aswad untuk menyusun kaidah-kaidah ilmu tata bahasa Arab.
Salah satu sumbangan terbesar Abu al-Aswad adalah perumusan harakat atau tanda baca. Di awal perumusannya, harakat menggunakan tanda satu dan dua titik berwarna merah. Satu titik di atas huruf dibaca “a”, satu titik di bawah huruf dibaca “i”, satu titik di sebelah kiri huruf dibaca “u”. Adapun untuk bunyi tanwin (an, in, un) menggunakan lambang dua buah titik di lokasi yang sama.
Dalam perkembangannya, perumusan harakat ad-Du’ali disempurnakan oleh murid-muridnya sepeninggal beliau, yakni Nasr ibn Ashim (W. 707 M) dan Yahya ibn Ya’mur (W. 708 M) pada masa Khilafah Bani Umayyah di bawah kepemimpinan Abdul Malik ibn Marwan.
Selain perumusan harakat, ad-Du’ali juga merumuskan kaidah tata bahasa Arab dan i’rab, sehingga beliau dikenal sebagai peletak dasar ilmu i’rab dan banyak yang berguru kepadanya tentang ilmu Nahwu. Berkat kesungguhannya dalam mengajar, banyak di antara murid-muridnya yang akhirnya juga menjadi pakar dalam Ilmu Bahasa Arab seperti Abu Amru bin ‘Alaai, Al-Kholil al-Farahidi al-Bashri yang merupakan pelopor ilmu Arudh dan penulisan kamus pertama, dan masih banyak sederet nama lainnya.
Ad-Duali mengabdikan hidupnya untuk menelaah keilmuan tata bahasa Arab hingga wafatnya pada 688 M di Bashrah karena wabah penyakit.
Sumber : http://www.ppwalisongo.id/berita/detail/203/abu-al-aswad-ad-duali-politikus-yang-menjadi-ahli-nahwu-pertama
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Al-Aswad_Ad-Du%27ali
0 comments:
Post a Comment