Penulisan Bahasa Arab dan Tanda Bacanya (LENGKAP)

Sunday, August 14, 2022

 

Penulisan Bahasa Arab dan Tanda Bacanya (LENGKAP) 
Penulisan Bahasa Arab memiliki susunan Kalimat yang mirip dengan tatanan Bahasa Indonesia.

Tentu ditulis dengan menggunakan huruf arab atau huruf hijaiyah.

Kalimat paling sederhana paling tidak berisi subyek dan predikat atau subyek dan keterangan.

Sebelum mulai menulis kata atau bahkan kalimat dalam bahasa Arab, pemula harus paham dan hafal huruf hijaiyah terlebih dulu.

Huruf hijaiyah jumlahnya ada 29 huruf utama dan ada pula beberapa huruf tambahan diluar 29 huruf yang utama.

Jumlah huruf hijaiyah memang sedikit lebih banyak daripada huruf abjad yang kita ketahui berjumlah 26 huruf.

Meskipun jumlahnya lebih banyak, tapi secara pelafalan huruf hijaiyah juga mirip-mirip dengan huruf abjad.


Kaligrafi (Khat)


Didalam penulisan bahasa Arab menggunakan huruf hijaiyah dikenal juga seni kaligrafi.

Biasanya seni kaligrafi ini sering disebut dengan tahsinul khat atau khot.

Seni menulis ini tentunya digunakan untuk penulisan huruf hijaiyah juga kalimat dalam bahasa Arab.

Khat merupakan kata bahasa Arab yang berarti garis atau tulisan tangan, sedangkan tahsin berasal dari kata hasana, ahsana, tahsin yang berarti indah, baik, dan bagus.

Dengan kata lain tahsinul khat merupakan seni kaligrafi Arab.

Terdapat perbedaan antara kaligrafi tulisan latin dan China dengan tahsinul khat.

Letak perbedaannya ada pada pengolahan dan penyusunan huruf dalam bentuk kalimat.

Bila kaligrafi China penulisan kalimatnya menurun, latin ditulis mendatar dari kanan ke kiri, maka lain penulisan tahsinul khat mendatar dari kiri ke kanan.


Macam-Macam Tulisan Khat (Kaligrafi Arab)


Berikut Macam-Macam Tulisan Khat (Kaligrafi Arab).

1. Nasakh/ Naskhi

Naskhi atau Nasakh merupakan jenis khot yang biasa dan banyak dipakai dalam penulisan Al Quran paada umumnya.

Naskhi berasal dari kata Na-sa-kha النسخ yang berarti menghapus.

Dinamakan khat Naskhi karena keberadan khat ini menggantikan tulisan khat lain, yaitu khat kufi sebagai gaya huruf AlQur’an yang biasa kita baca.

Sejarah munculnya jenis khat ini berawal dari Ibnu Muqlah yang disebut sebagai orang pertama dimana ia menyempurnakan dan meletakkan dasar-dasar tulisan Naskhi.

Pada awal abad ke 4 Hijriyah atau 9 Masehi, ia memulai menulis dengan khat ini dan terus disempurnakan seiring berjalannya waktu.

Dikatakan juga bahwa khat ini dikembangkan dari tulisan Arab asli yang berasal dari tulisan Arab Armani, Nabati juga dikenal sebagai tulisan Hijazi.

Kebanyakan Kitab Al Quran dan Hadits menggunakan jenis khat ini termasuk juga media cetak lain.

Baik itu majalah, buku, hingga tulisan-tulisan yang biasa dibaca orang awam.

Pengunaan khat ini sangat luas, mulai dari pelajar hingga masyarakat umum karena sangat mudah dipelajari.

Terdapat font khusus khat Naskhi pada komputer, mesin ketik arab, dan juga mesin cetak.

2. Tsulut/ Tolot

Tsuluts berasal dari kata Ats-tsulustsi (الثلث) yang berarti sepertiga.

Tolot atau tsulut memiliki tulisan yang ukurannya lebih sepertiga dibandingkan dengan gaya tulisan lainnya.

Ditulis dengan pena yang juga ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga goresan pena.

Sangat jarang digunakan sebagai tulisan Al Qur’an, meski begitu tulisan jenis ini sering digunakan untuk dekorasi maupun skrip-skrip hias.

Karakter dari tulisan ini ada pada huruf yang melenkung dengan duri dibagian kepalanya (awal menulis huruf).

3. Diwani/ Diwani Jali

Mendengar kata DIwani atau Diwani Jali mungkin bagi telinga orang Indonesia akan langsung terpikirkan negara India.

Meskin nama jenis tulisan khat ini mirip seperti bahasa India, tapi nyatanya kaligrafi ini berasal dari Masyarakat Turki Utsami.

Gaya khat ini berkembang luas pada akhir abad ke 15. Pelopor tulisan ini adalah seorang kaligraffer bernama Ibrahim Munif yang berasal dari Turki.

Populernya tulisan Diwani setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al Fatih di tahun 875 H.

Panamaan Diwani bagi khat ini dikarenakan dulunya tulisan ini dipakai sebagai tulisan kerajaan yang biasa ditulis untuk membuat dokumen diplomatik, surat ijin dan lainnya.

Diwani berasal dari kata Bahasa Arab ad-diiwaan (الديوان) yang berarti dewan-dewan perkantoran.

Meskipun dulunya dipakai sebagai tulisan resmi yang digunakan oleh sultan dan dewan-dewan pemerintahan kini khat ini sudah dipakai luas.

Seiring berjalannya waktu, khot Diwani telah disempurnakan dan berkembang hingga muncul khot Diwani Jali.

4. Riq’ah

Secara bahasa Riq’ah memiliki makna qith’ah yang berarti potongan. Sedangkan arti riq’ah yang dimaksud dalam tulisan kaligrafi ini adalah tambalan.

Khat ini dinamakan Riq’ah atau Ruq’ah karena para seniman kaligrafi biasanya menulis khot jenis ini pada potongan kulit maupun kayu.

Awal mulanya khat Riq’ah ini ada sejarahnya berasal dari bangsa Turki Utsmani.

Tulisan Riq’ah merupakan khat paling mirip dengan jenis khat kufi karena memang bentuk khot ini berasal dari bentuk kaku khot Kufi dengan bentuk melingkar dari khat Naskhi.

Masyarakat Turki sejak zaman Utsmani hingga saat ini pada umumnya banyak menggunakan jenis tulisan ini.

Alasannya karena jenis khot ini bisa ditulis ddengan ccepat dan mudah.

Gerakannya sederhana cukup ke atas dan ke bawah dengan bentuk yang lurus.

Ciri khas dari yang umun pada tulisan khot Riq’ah, diantaranya tidak menggunakan harakat kecuali ada hal-hal yang penting.

Fokusnya pada bentuk garis lurus dari atas ke bawah dengan arah tulisan yang agak miring.

Tulisan hurufnya penek-pendek sehingga mudah ddipelajari oleh orang awam.

Biasanya khat Riq’ah sudah menjadi font khusus yang digunakan dalam iklan, koran, judul buku, hingga spanduk.

Jenis ini masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu Riq’ah Darij dan Riq’ah Fanniy.

Pertama adalah Riq’ah Darij, biasa dipakai masyarakat umum sebagai tulisan sehari-hari atau bukan untuk karya seni. Sehingga menulisnya hanya menggunakan pena atau pensil biasa.

Kedua adalah Riq’ah Fanniy, biasa dipakai dalam karya seni sehingga penulis perlu menerapkan kaidah-kaidah tertentu dan ditulis dengan pena khusus atau pena khot.

5. Farisi (Persian)

Seperti namanya khot jenis ini banyak berkembang di Persia, India, Pakistan, dan Turki.

Dinamakan Farisi karena yang mempelopori tulisan ini adalah orang-orang Persia (Iran).

Beberapa khor Farisi yang umum, diantaranya, Farisi Ta’liq, Syikateh, Farisi Nasta’liq, Farisi Mi’rat, Farisi Mukhtazal, dan Farisi Muntanazir.

6. Kufi/ Khoufi

Dibandingkan dengan jenis khot lainnya jenis Kufi termasuk jenis kaligrafi Arab yang tertua dalam peradaban Islam.

Kufi memiliki keunikan tersendiri yang tidak ditemukan dalam jenis tulisan kaligrafi Arab lainnya.

Mulai dari segi bentuk, kaidah maupun tingkat kesulitannya.

Dikarenakan umur kaligrafi ini terbilang kolot dibanding jenis lainnya, maka peminatnya pun sedikit.

Meskipun begitu keunikan dan keantikannya membuat seni kaligrafi Kufi masih bertahan hingga kini.

Ciri khas dari khot kufi adalah bentuknya yang terlihat kaku, namun sebenarnya mudah dibuat dalam berbagai bentuk.

Ada beberapa jenis kufi yang berhasil dikembangkan oleh para kaligrafer, diantaranya Kufi Basit, Kufi Muzakhrof, dan Kufi Musattar.


Penulisan Bahasa Arab


Untuk menulis bahasa Arab kita perlu mengenal huruf hijaiyah dan harakatnya. Berikut ini huruf hijaiyah dan juga macam-macam harakat.

Hijaiyah

Alif (ا), ba (ب), ta (ت), tsa (ث), jim (ج), kha (ح), kho (خ), dal (د), dzal (ذ), ra (ر), zain (ز), sin (س), syin (ش), Shad (ص). Dlad (ض), tha’ (ط), dza’ (ظ), ‘ain (ع), ghain (غ), fa (ف), qaf (ق), kaf (ك), lam (ل), mim (م), nun (ن), wawu (و), Ha (ه), ya (ي), hamzah (ء).

Harakat

Tanda atas dinamakan fathah untuk membentuk bacaan huruf A
Tanda bawah dinamakan kasroh untuk membentuk bacaan huruf I
Dhamah merupakan tanda baca untuk membentuk bacaan huruf U

Fathah tanwin (fathah dobel) merupakan tanda baca yang membentuk huruf An
Kasroh tanwin (kasroh dobel) merupakan tanda baca yang membentuk huruf In
Dhomah tanwin (dhomah dobel) merupakan tanda baca yang membentuk huruf Un

0 comments:

Post a Comment

HURUF JAR

LPBA IMAM MALIK

LPBA IMAM MALIK

IMARAT

IMARAT

Adawatul Istifham

Adawatul Istifham